Belajar berbagi sesuatu yang "setidaknya" bermanfaat bagi diri
Tidak semua siswa menyukai matematika, tetapi guru matematika yang baik memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Seorang guru matematika yang baik dapat membantu siswa yang secara tradisional berjuang dengan aritmatika mulai membangun kepercayaan pada keterampilan mereka. Untuk siswa yang biasanya bosan dengan angka, guru matematika yang baik dapat memberikan kehidupan baru ke dalam mata pelajaran. Seorang guru matematika yang baik membuat kelasnya menjadi tempat yang diinginkan siswa.
Pengetahuan Matematika
Seorang guru matematika yang sukses memiliki pengetahuan matematika yang luas. Dia telah mengambil beberapa kursus dalam aljabar, geometri, statistik, kalkulus dan bidang matematika lainnya di tingkat perguruan tinggi dan, mungkin, bahkan tingkat pascasarjana. Pengetahuan ini memungkinkan dia untuk dengan percaya diri menjelaskan konsep dan proses kepada murid-muridnya. Dia tidak terus-menerus berkonsultasi dengan kunci jawaban di belakang panduan guru untuk membantu siswa memecahkan masalah. Keyakinan ini meningkatkan kredibilitasnya dan membantu siswa percaya pada kemampuannya untuk mengajari mereka apa yang perlu mereka ketahui.
Strategi Pengajaran
Siswa belajar dengan cara yang berbeda, dan guru matematika yang baik memahami hal itu. Dia mengikuti praktik terbaik dalam pendidikan matematika dan secara teratur memasukkannya ke dalam pengajarannya untuk membantu semua muridnya belajar. Dia juga memahami mungkin ada beberapa cara untuk memecahkan masalah dan menggunakan strategi alternatif tersebut untuk membantu siswa yang kesulitan memahami konsep yang sulit. Rencana pelajarannya melibatkan siswa dan membantu mereka merasa percaya diri dengan kemampuan matematika mereka.
Pendekatan yang Menarik
Di kelas, seorang guru matematika yang berbakat tidak mengambil pendekatan "karena saya berkata begitu" atau memainkan peran sebagai orang yang tahu segalanya. Sebaliknya, ia berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran, memberikan siswa dengan pengetahuan dan alat untuk memecahkan masalah dan kemudian mendorong siswa untuk menyelesaikannya sendiri. Ketika siswa menjawab masalah dengan salah, dia tidak mengizinkan mereka untuk berhenti. Dia mendorong siswa untuk mencari tahu di mana mereka salah dan terus mengerjakan masalah sampai mereka mendapatkan jawaban yang benar, memberikan dukungan dan bimbingan jika diperlukan.
Kepemimpinan Kelas
Seorang guru matematika yang terampil dipandang sebagai pemimpin di kelasnya dan di sekolah. Murid-muridnya menghormatinya, tidak hanya karena pengetahuannya tentang matematika, tetapi juga karena sikap dan tindakannya secara keseluruhan. Siswa dapat mengatakan bahwa dia menghormati mereka juga. Dia memiliki kendali atas kelas, menetapkan aturan dan harapan yang jelas untuk diikuti siswa. Ketika siswa berperilaku tidak baik, disiplin itu konsisten dan adil.
Kepedulian dan Perhatian
Seperti yang diketahui oleh guru berpengalaman, pengajaran kurang berfokus pada konten yang diajarkan daripada siswa yang diajar. Seorang guru matematika yang baik peduli dengan murid-muridnya. Dia mengenali ketika seorang siswa mengalami hari yang buruk atau membutuhkan beberapa dorongan dan mengatasi masalah untuk membantu siswa kembali fokus pada materi. Sementara dia memegang siswa dengan harapan yang tinggi, dia menyadari bahwa kadang-kadang hidup menghalangi pekerjaan rumah dan belajar kadang-kadang mengesampingkan kewajiban keluarga. Oleh karena itu, ia menawarkan siswa kesempatan kedua bila diperlukan dan mengambil waktu dari jadwalnya sendiri untuk membantu siswa mengejar ketinggalan.
Source : https://work.chron.com/5-important-characteristics-become-good-math-teacher-8926.html
Math City Map 2021 |
Kali ini saya akan berbagi pengalaman mengikuti pelatihan (bimtek) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek Tahun 2021. Barangkali pengalaman ini ada manfaatnya, setidaknya buat saya pribadi.
Oya teman - teman, pelatihan ini tentang numerasi, artinya bagaimana membelajarkan siswa tentang numerasi melalui pembelajaran Math City Map. Judul bimteknya adalah Penguatan Keterampilan Numerasi Guru Dikdas Melalui Math City Map (MCM) Tahun 2021. Bimtek ini merupakan tahap 1 dari 4 yang direncanakan. Terdapat 7 provinsi di Jawa-Bali, adapun yang di luar Jawa-Bali entah kapan.
Biar mudahnya saya akan bagi ke dalam 3 tahap :
Tahap Pendaftaran
Seperti biasa, setelah membaca leaflet di grup WA, beberapa hari kemudian, saya langsung melakukan pendaftaran dan mengisi soal - soal yang ada di google form.
Setelah seminggu kemudian, dinyatakan lolos. Alhamdulillah.
Tahap Persiapan
Karena saya juga tidak menyangka bakalan lolos, meski bakalan yakin lolos, saya masih berpikir panjang. Mengapa ? Saya saat itu lagi sibuk mengasesi calon pelatih ahli, masih ada beberapa kandidat yang belum saya nilai. Ditambah pula, saya menjadi ketua PAS (Penilaian Akhir Semester), jadi ragu apakah bisa diijinkan oleh Pak Kepala atau tidak.
Setelah merenung, akhirnya kuputuskan untuk ikut. Alhamdulillah ada teman sekabupaten yang menghubungi. Setelah koordinasi, akhirnya ke dinas, dan mendapat surat tugas serta sppd.
Hari Selasa, 7 Desember 2021 saya tetap masuk sekolah, karena seakan gak bisa begitu saja meninggalkan kewajiban saya sebagai guru. Sampai rumah jam 10.00, gak tau kenapa seakan kemrungsung, jam 10.40 baru mau berangkat ke Bandara.
Qodarullah, saya belum print tiket, entah kenapa, sulit untuk diprint pula. Komputernya eror, dll. Celakanya, KTP gak saya bawa. Dag dig dug jadi satu. Meskipun saya sering mendadak bepergian naik pesawat, tapi baru kali itu mengalami kondisi yang seakan genting.
Akhirnya, kuputuskan untuk ngojek ke Bandara dari penitipan Purworejo. Butuh 30 menit ngojek dengan kecepatan mentok motor boncengan. Tarif Rp70.000,00 kubayarkan sesuai dengan perkiraanku.
Alhamdulillah sampai bandara dan ternyata pesawat Citilink yang saya tumpangi delay, jadi mundur 40 menit.
Setelah dipanggil, saya masuk pesawat dan tiba di Bandara Soetta pukul 15.30. Lalu saya pesen langganakan taksi goldenbird dengan tarif Rp225.000,00 menuju Hotel Golden Boutiq Kemayoran.
Sampai di sana, belum sempat pendaftaran sudah diminta pretest. Selanjutnya, selesai pretest melakukan sesi wawancara dengan pelatih ahli dalam tugas yang berbeda. Lupa presensi online keberangkatan pula.
Bersambung.
Kegagalan Belajar Matematika
Matematika merupakan pelajaran yang rumit. Tidak hanya rumit menghitung, namun juga rumit dalam menerapkannya ataupun dalam penalarannya. Itulah mengapa banyak siswa yang menghindari pelajaran matematika. Terlebih jika guru tidak mampu membawakan pembelajaran matematika yang menarik, maka hal tersebut akan menjadikan siswa menjadi lebih takut pelajaran matematika.
Berikut ini ada beberapa hal yang menjadikan siswa mengalami kegagalan dalam belajar matematika atau dengan kata lain siswa mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran matematika.
1. Takut Salah
Hal yang paling umum diawali siswa yang belajar matematika adalah ketakutan salah dalam mengerjakan soal matematika. Ia lebih memilih untuk tidak mengerjakan daripada mengerjakan namun salah. Ia lebih suka menunggu temannya yang mengerjakan baru kemudian ia mulai mengerjakannya.
2. Kemampuan menghitung yang lemah
Hal yang paling umum yang dialami siswa ketika belajar matematika adalah lemahnya melakukan operasi perkalian ataupun pembagian. Di jenjang sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas adalah bermasalah dalam melakukan operasi hitung. Semisal siswa masih sulit menghitung 6 x 8 ataupun membagi 14 : 6 dan seterusnya.
Akibatnya, ia mengalami stagnan dalam proses pengerjaan hitungan karena cara menjalankan operasi hitung ia mengalami kesulitan.
3. Cenderung Menghindari Matematika
Salah satu kebiasaan yang dimiliki para siswa adalah lari dari sesuatu yang sifatnya sulit. Ia lebih senang pelajaran yang membuatnya santai daripada memilih pelajaran yang membutuhkan pemikiran lebih lanjut. Akibatnya, mereka cenderung menghindari pembelajaran matematika. Hal ini bisa terlihat, bahwasannya mereka lebih menyenangi kalau pelajaran matematika itu kosong.
4. Kesalahan memahami belajar matematika
Banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika identik dengan menghitung. Padahal anggapan itu salah. Matematika tidak hanya sekadar menghitung bilangan dengan rumus tertentu. Bahkan justru yang lebih dituntut adalah belajar melakukan penalaran menggunakan matematika.
5. Mendapati guru yang kurang kompeten
Hal yang menyedihkan sebenarnya yang bisa dikatakan adalah masih banyak dijumpai guru yang tidak kompeten. Siswa hanya dibekali dengan hafalan rumus lalu menerapkan dengan soal serupa. Guru kurang mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar lebih bersemangat. Pembelajaran yang membosankan dan menjemukan dilakukan oleh guru. Akibatnya siswa malas untuk bergerak dan terus belajar.
6. Mendahulukan menghafal rumus daripada berpikir dengan bernalar.
Sayangnya, pembelajaran matematika di sekolah saat ini adalah guru seringkali membelajarkan matematika dengan menerapkan rumus yang ada. Di sini guru kurang memberikan alternatif penalaran, hal ini menjadikan siswa yang punya kemampuan akademis yang tinggi menjadi lebih membosankan. Padahal mereka (anak yang akademiknya tinggi) membutuhkan soal yang memberikan penalaran daripada pembelajaran konvensional.
7. Hanya membaca soal tanpa mau berlatih
Kurang latihan mengerjakan soal disinyalir menjadikan siswa gagal mendapatkan nilai yang bagus. Padahal belajar soal matematika membutuhkan latihan yang cukup banyak. Latihan ini tentunya membutuhkan beragam soal terlebih soal yang belum perah dikerjakannya.
8. Malas Mencatat
Siswa cenderung suka mendengarkan daripada mencatat, padahal mencatat lebih menguatkan dalam ingatan daripada sekadar menghafal rumus.
Nah, demikian saja 8 kegagalan siswa yang belajar di bangku sekolah. Semoga bermanfaat.
Mathematics is a complicated subject. It is not only complicated to calculate, but also complicated in applying it or in reasoning. That is why many students avoid math lessons. Especially if the teacher is not able to bring interesting mathematics lessons, then this will make students more afraid of mathematics.
The following are some of the things that make students fail in learning mathematics or in other words students have difficulty participating in learning mathematics.
1. Fear of being wrong
The most common thing that begins with students learning mathematics is the fear of being wrong in doing math problems. He prefers not to do than to do but is wrong. He prefers to wait for his friend to do it and then he starts working on it.
2. Weak calculation ability
The most common thing that students experience when learning mathematics is the weakness in performing multiplication or division operations. At the school level from elementary school to high school, it is problematic to perform arithmetic operations. For example, students still find it difficult to calculate 6 x 8 or divide 14: 6 and so on.
As a result, he experienced stagnation in the calculation process because he had difficulties in carrying out arithmetic operations.
3. Tend to Avoid Math
One of the habits that students have is running away from something that is difficult. He prefers lessons that make him relax rather than choosing lessons that require further thought. As a result, they tend to avoid learning mathematics. This can be seen, that they prefer it if the math lesson is empty.
4. Misunderstanding learning mathematics
Many students think that mathematics is synonymous with counting. Though that assumption is wrong. Mathematics is not just counting numbers with certain formulas. In fact, what is more demanded is learning to reason using mathematics.
5. Finding less competent teachers
The sad thing that can be said is that there are still many incompetent teachers. Students are only provided with memorized formulas and then apply them with similar questions. Teachers are less able to arouse students' interest in learning more enthusiastically. Boring and tedious learning is done by the teacher. As a result, students are lazy to move and continue to learn.
6. Prioritizing memorizing formulas rather than thinking logically.
Unfortunately, learning mathematics in schools today is that teachers often teach mathematics by applying existing formulas. Here the teacher does not provide alternative reasoning, this makes students who have high academic abilities more boring. In fact, they (children with high academics) need questions that provide reasoning rather than conventional learning.
7. Just read the questions without practicing
Lack of practice working on questions allegedly makes students fail to get good grades. Even though learning math problems requires quite a lot of practice. This exercise, of course, requires a variety of questions, especially questions that have never been done.
8. Lazy to take notes
Students tend to like listening rather than taking notes, even though taking notes is more powerful in memory than just memorizing formulas.
Well, that's the 8 failures of students who study in school. Hope it is useful.
Merasionalkan Akar
Sederhanakan bentuk berikut !
Nomor 1
Jawab :
Nomor 2
Jawab :
Nomor 3
Jawab :
Nomor 4
Jawab :
Sekian dulu latihan soal merasionalkan akar.
1. Masukkan satuan waktu "dari" urutan satuan kiri "ke" urutan satuan yang kanan.
2. Masukkan nilai bilangan dan klik tombol "ke" .
2. Perhatikan : 1/60=0.01666 ; 1/3600=0.0002777 .
1. Masukkan satuan luas "dari" urutan satuan kiri "ke" urutan satuan yang kanan.
2. Masukkan nilai bilangan dan klik tombol "ke".
3. Ekuivalen m2=centiare ; dam2=are; hm2=hektar.
4. Gunakan titik sebagai pengganti koma
Jika Anda menyukai keanehan matematika, Anda akan menyukai segitiga Pascal. Dinamakan setelah abad ke-17 ahli matematika Prancis Blaise Pascal, dan dikenal oleh orang Cina selama berabad-abad sebelum Pascal sebagai segitiga Yanghui, itu sebenarnya lebih dari sebuah keanehan. Ini adalah susunan angka tertentu yang sangat berguna dalam aljabar dan teori probabilitas. Beberapa karakteristiknya lebih membingungkan dan menarik daripada bermanfaat. Mereka membantu untuk menggambarkan harmoni misterius dunia seperti yang dijelaskan oleh angka dan matematika.
Membangun Segitiga Pascal
Aturan untuk membangun segitiga Pascal tidak bisa lebih mudah. Mulailah dengan angka satu di puncak dan bentuk baris kedua di bawahnya dengan sepasang angka. Untuk membuat baris ketiga dan semua baris berikutnya, mulailah dengan meletakkannya di awal dan di akhir. Turunkan setiap angka di antara pasangan angka ini dengan menjumlahkan dua angka tepat di atasnya. Baris ketiga adalah 1, 2, 1, baris keempat adalah 1, 3, 3, 1, baris kelima adalah 1, 4, 6, 4, 1 dan seterusnya. Jika setiap angka menempati sebuah kotak yang ukurannya sama dengan semua kotak lainnya, susunannya membentuk segitiga sama sisi sempurna yang dibatasi pada dua sisi oleh satu sisi dan dengan alas yang panjangnya sama dengan jumlah baris. Baris-barisnya simetris karena membaca ke belakang dan ke depan yang sama.
Menerapkan Segitiga Pascal dalam Aljabar
Pascal menemukan segitiga, yang telah dikenal selama berabad-abad oleh para filosof Persia dan Cina, ketika ia mempelajari perluasan aljabar dari ekspresi (x + y) pangkat n.
Sumber : https://sciencing.com/denary-number-5683686.html
Dengan mempelajari pola dalam matematika, manusia menjadi sadar akan pola di dunia kita. Mengamati pola memungkinkan individu untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk memprediksi perilaku masa depan organisme dan fenomena alam. Insinyur sipil dapat menggunakan pengamatan mereka terhadap pola lalu lintas untuk membangun kota yang lebih aman. Ahli meteorologi menggunakan pola untuk memprediksi badai petir, tornado, dan angin topan. Seismolog menggunakan pola untuk meramalkan gempa bumi dan tanah longsor. Pola matematika berguna di semua bidang sains.
Pola Barisan Aritmetika
Barisan adalah sekelompok bilangan yang mengikuti pola berdasarkan aturan tertentu. Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang ditambah atau dikurangi dengan jumlah yang sama. Jumlah yang ditambahkan atau dikurangi dikenal sebagai perbedaan umum. Misalnya, dalam urutan “1, 4, 7, 10, 13…” setiap angka ditambahkan ke 3 untuk mendapatkan angka berikutnya. Perbedaan umum untuk urutan ini adalah 3.
Pola Barisan Geometri
Barisan geometri adalah daftar bilangan yang dikalikan (atau dibagi) dengan jumlah yang sama. Jumlah di mana bilangan - bilangan dikalikan dikenal sebagai rasio umum. Misalnya, pada barisan “2, 4, 8, 16, 32…” setiap bilangan dikalikan 2. Bilangan 2 adalah perbandingan umum barisan geometri ini.
Pola Bilangan Segitiga
Bilangan dalam urutan disebut sebagai suku. Suku barisan segitiga berhubungan dengan jumlah titik yang diperlukan untuk membuat segitiga. Anda akan mulai membentuk segitiga dengan tiga titik; satu di atas dan dua di bawah. Baris berikutnya akan memiliki tiga titik, membuat total enam titik. Baris berikutnya dalam segitiga akan memiliki empat titik, sehingga totalnya menjadi 10 titik. Baris berikut akan memiliki lima titik, dengan total 15 titik. Oleh karena itu, barisan segitiga dimulai: “1, 3, 6, 10, 15…”)
Pola Bilangan Persegi
Dalam barisan bilangan kuadrat, suku-sukunya adalah kuadrat posisinya dalam barisan tersebut. Urutan persegi akan dimulai dengan "1, 4, 9, 16, 25 ..."
Pola Bilangan Kubik
Dalam barisan bilangan kubik, suku-sukunya adalah pangkat tiga posisinya dalam barisan tersebut. Oleh karena itu, barisan kubus dimulai dengan “1, 8, 27, 64, 125…”
Pola Bilangan Fibonacci
Dalam barisan bilangan Fibonacci, suku-sukunya ditemukan dengan menjumlahkan dua suku sebelumnya. Deret Fibonacci dimulai dengan demikian, "0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13..." Deret Fibonacci dinamai Leonardo Fibonacci, lahir pada 1170 di Pisa, Italia. Fibonacci memperkenalkan angka Hindu-Arab ke Eropa dengan penerbitan bukunya "Liber Abaci" pada tahun 1202. Dia juga memperkenalkan deret Fibonacci, yang sudah dikenal matematikawan India. Urutannya penting, karena muncul di banyak tempat di alam, termasuk: pola daun tanaman, pola galaksi spiral, dan ukuran ruang nautilus.
Sumber : https://sciencing.com/types-number-patterns-math-8093943.html
Pola Aritmetika
Pola Aritmetika, disebut juga dengan pola aljabar, adalah barisan bilangan berdasarkan penjumlahan atau pengurangan untuk membentuk barisan bilangan yang saling berhubungan. Jika dua atau lebih bilangan dalam barisan diberikan, kita dapat menggunakan penambahan atau pengurangan untuk menemukan pola aritmetika. Kita juga dapat menentukan bilangan yang hilang dalam suatu barisan dengan menggunakan penjumlahan atau pengurangan.
Sebagai contoh, mari kita cari bilangan yang hilang dalam deret: 4, 8, ___, 16, 20, ___ .
Pada pola di atas, kita dapat melihat bahwa setiap bilangan bertambah 4. Oleh karena itu, aturan yang diikuti untuk pola ini adalah kita menambahkan 4 ke suku sebelumnya untuk mendapatkan suku berikutnya. Kita dapat menemukan bilangan yang hilang menggunakan pola ini. Jadi, bilangan yang hilang adalah 8 + 4 = 12 dan 20 + 4 = 24.
Pola Geometri
Pola geometri adalah barisan bilangan yang didasarkan pada perkalian dan pembagian. Jika dua atau lebih bilangan dalam barisan disediakan, kita dapat dengan mudah menemukan angka yang tidak diketahui dalam pola menggunakan operasi perkalian dan pembagian. Misalnya: 6, 18, 54, __, 486, __
Pada deret yang diberikan, dapat dilihat bahwa setiap angka diperoleh dengan mengalikan 3 dengan angka sebelumnya. Jadi, nomor nomor yang hilang juga dapat ditentukan menggunakan aturan ini. Oleh karena itu, bilangan yang hilang adalah 54 × 3 = 162 dan 486 × 3 = 1458.
Pola Fibonacci
Pola Fibonacci adalah barisan bilangan yang setiap bilangan dalam barisan diperoleh dengan menjumlahkan dua bilangan sebelumnya. Urutannya dimulai dengan 0 dan 1. Perhatikan barisan Fibonacci ini: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dan seterusnya. Di sini kita bisa melihat pola yang diikuti adalah: 0 + 1 = 1, 1 + 1 = 2 , 1 + 2 = 3 , 2 + 3 = 5, 3 + 5 = 8.
Selamat belajar.
Adapun kriteria seleksi untuk kepala sekolah penggerak meliputi :
1. Memiliki tujuan/misi
2. Mampu mengambil keputusan strategis
3. Mampu memimpin perubahan
4. Memiliki kemampuan melaksanakan pelatihan dan pembimbingan
5. Mampu membangun hubungan kerja sama
6. Memiliki orientasi pembelajar
7. Memiliki daya juang/resiliensi
8. Memiliki kematangan beretika
9. Mampu memimpin implementasi
10. Mampu mendorong inovasi
Selamat mendaftar.
Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Pendaftaran Kepala Sekolah Penggerak dibuka pada periode 27 Agustus - 3 Oktober 2021 untuk semua jenjang mulai dari PAUD (5-6 tahun), SD, SMP, SMA, dan SLB.
Berikut ini daerah kabupaten/kota sasaran sekolah penggerak tahap 2
1. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Aceh Barat
2. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Aceh Tengah
3. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bener Meriah
4. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pidie Jaya
5. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Simeulue
6. Kepala Dinas Pendidikan Kota Langsa
7. Kepala Dinas Pendidikan Kota Subulussalam
8. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Badung
9. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Klungkung
10. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lebak
11. Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon
12. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bengkulu Tengah
13. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kepahiang
14. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Seluma
15. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bantul
16. Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
17. Kepala Dinas Pendidikan Kota Jakarta Barat
18. Kepala Dinas Pendidikan Kota Jakarta Utara
19. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Gorontalo
20. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pohuwato
21. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Batang Hari
22. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tanjung Jabung Timur
23. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tebo
24. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bekasi
25. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Ciamis
26. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kuningan
27. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Majalengka
28. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi
29. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tasikmalaya
30. Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok
31. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Boyolali
32. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kebumen
33. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kudus
34. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Magelang
35. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Purbalingga
36. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Rembang
37. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tegal
38. Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga
39. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang
40. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bangkalan
41. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Blitar
42. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Jember
43. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Jombang
44. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
45. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Madiun
46. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Ngawi
47. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pasuruan
48. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Situbondo
49. Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar
50. Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya
51. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kapuas Hulu
52. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kayong Utara
53. Kepala Dinas Pendidikan Kota Singkawang
54. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Balangan
55. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Banjar
56. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tanah Laut
57. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kotawaringin Barat
58. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kotawaringin Timur
59. Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya
60. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Berau
61. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Mahakam Ulu
62. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bontang
63. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bulungan
64. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tana Tidung
65. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bangka Tengah
66. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Belitung
67. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bintan
68. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Natuna
69. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lampung Selatan
70. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Mesuji
71. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pringsewu
72. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Way Kanan
73. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kepulauan Aru
74. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Seram Bagian Barat
75. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Seram Bagian Timur
76. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Halmahera Barat
77. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan
78. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lombok Barat
79. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lombok Utara
80. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sumbawa
81. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Alor
82. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Ende
83. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Malaka
84. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Ngada
85. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sikka
86. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Timor Tengah Utara
87. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Deiyai
88. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Jayapura
89. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Merauke
90. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Mimika
91. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Puncak
92. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Waropen
93. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Maybrat
94. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Teluk Bintuni
95. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Teluk Wondama
96. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kuantan Singingi
97. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pelalawan
98. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Rokan Hilir
99. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Mamasa
100. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Polewali Mandar
101. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Barru
102. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Jeneponto
103. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kepulauan Selayar
104. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Luwu Timur
105. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Luwu Utara
106. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Toraja Utara
107. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Wajo
108. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Buol
109. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Donggala
110. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sigi
111. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bombana
112. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Buton Selatan
113. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kolaka Timur
114. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Muna
115. Kepala Dinas Pendidikan Kota Baubau
116. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bolaang Mongondow Utara
117. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kep. Sangihe
118. Kepala Dinas Pendidikan Kota Kotamobagu
119. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tomohon
120. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Dharmasraya
121. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pesisir Selatan
122. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Solok Selatan
123. Kepala Dinas Pendidikan Kota Pariaman
124. Kepala Dinas Pendidikan Kota Sawah Lunto
125. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Empat Lawang
126. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Musi Rawas
127. Kepala Dinas Pendidikan Kota Lubuk Linggau
128. Kepala Dinas Pendidikan Kota Pagar Alam
129. Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang
130. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Dairi
131. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Labuhan Batu Selatan
132. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Nias Barat
133. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Nias Selatan
134. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Padang Lawas utara
135. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tapanuli Selatan
136. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Tapanuli Utara
137. Kepala Dinas Pendidikan Kota Binjai
138. Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan
139. Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga
Pola Angka
Pola bilangan adalah pola atau urutan dalam rangkaian bilangan. Pola ini umumnya membentuk hubungan umum antara semua angka.
Sebagai contoh:
0, 5, 10, 15, 20, 25, ...
Pola angka
Di sini, kita mendapatkan angka-angka dalam pola dengan melewatkan menghitung dengan 5. Diberikan langkah-langkah untuk mengidentifikasi pola angka.
Untuk menyelesaikan masalah pola bilangan, pertama-tama kita perlu menemukan aturan yang diikuti dalam pola tersebut.
Untuk mengetahui aturannya, kita perlu melihat beberapa angka pertama dalam deret tersebut.
Coba lihat perbedaan antara angka berurutan, ini akan membantu kita memahami hubungan antar angka.
Contoh 1:
· 11, 17, 23, 29, 35, 41, 47, 53
Contoh
Dalam pola ini, kita melihat bahwa setiap suku dalam barisan bertambah atau bertambah 6 atau selisih antara dua bilangan berurutan adalah 6. Jadi, kita dapat memperoleh suku berikutnya dengan menambahkan 6 ke suku sebelumnya.
Contoh 2:
· 18, 15, 12, 9, 6, 3
Contoh
Dalam pola bilangan ini, kita dapat melihat bahwa setiap suku dalam barisan dikurangi 3 atau 3 telah dikurangi dari setiap bilangan dibandingkan dengan bilangan sebelumnya. Jadi, kita dapat mengurangi 3 dari suku sebelumnya untuk mendapatkan suku berikutnya.
Dalam dua contoh di atas, pola bilangan dibentuk oleh perbedaan umum dalam semua istilahnya.
Pola dengan titik
Beberapa masalah untuk pola juga dapat melibatkan pola titik, di mana kita perlu mengetahui jumlah dan posisi titik dalam pola.
Sebagai contoh:
Pola dengan Titik
Dalam contoh yang diberikan, kita menemukan polanya dengan menemukan titik-titik yang ditambahkan ke gambar berikutnya.
Sumber : https://www.splashlearn.com/math-vocabulary/number-sense/number-patterns
In this paper, we study cooperative games on a graph in which the vertices represent the players, and the characteristic function is defined using the maximum packing of the graph by connected coalitions. Simple paths in the graph are considered coalitions. In particular, coalitions can be pairs of vertices connected by edges.
In real life, there are many examples of paired relationships: supplier–customer, man–woman, predator– prey, source–sink, and so forth. Moreover, agents can interact with each other via vehicles, mobile devices, or social networks, forming paired communications. For example, in a mobile network, the vertices of the corresponding graph represent mobile devices, and the connections between them occur within the network coverage.
In practice, it is important to find the maximum load on a mobile network under which any two devices can simultaneously communicate with one another. In sociology and various TV shows, it is important to divide the participants into the maximum number of pairs (see, for example, the popular show “Speed Dating”, https://en.wikipedia.org/wiki/Speed_dating (accessed on 10 July 2021); https://www.imdb.com/find?q=speed+dating&ref_=nv_sr_sm (accessed on 10 July 2021).
The same problems arise in electrical and radio networks or the physics of magnetic structures of solid crystals. The maximum packing is not necessarily realized through pairs of connected vertices. For example, simple paths of a fixed length can be chosen as packing coalitions.
Such problems arise when laying fiber-optic lines to connect urban areas to the Internet. Another application is the development of transportation networks in a city or between cities. The network packing determines a partition of the set of players into coalitions.
After defining the characteristic function, an imputation can be found to rank the graph vertices by their value for organizing links in the network or transmitting data, depending on the problem under consideration. In the papers [1,2], a general class of such cooperative games was formulated and called combinatorial optimization games.
This class includes packing games as well. In such games, the characteristic function is defined as follows. Let a matrix A(m × n) ofzeros and ones, and integer vector c be given. The value of a coalition K ⊆ N is a solution of the integer linear programming problem max{(y, c) : y TAK ≤ 1K, y ∈ {0, 1} m}, where the matrix AK is a submatrix of A with the columns from the set K.
This problem is known as the set packing problem [3]. In a similar form, such games were investigated in [4] as linear production games. In the cooperative game of this type, the core (if it exists) is a solution of the dual problem. The balancedness (non-emptiness of the core) of the cooperative game is closely related to solving both problems.
As some applications, games with maximum flows on a graph, and graph packing games with pairs of connected vertices, were considered.
In packing games, other allocation principles can be adopted as imputations. Since the cooperative game is defined on a graph, the most natural approach to determine the significance of a particular graph vertex is the Myerson value [5,6]. In the papers [7,8], the Owen value [9–11] was used as an allocation principle in the cover game. In the paper [12], the nucleolus was proposed, including an algorithm for its construction.
The paper [13] was dedicated to the Shapley value: its properties were investigated and an algorithm for calculating this value was proposed. There are other games related to packing undirected graphs. For example, in graph coloring problems, the chromatic number of a graph can be taken as the characteristic function [1,14–16].
Graph clustering problems can be treated as cooperative games with a Nash stable coalition partition when none of the players benefit from changing the coalition structure. In this case, the Myerson value is used as an allocation principle; see [17,18]. In packing by pairs of connected vertices, two approaches to graph packing problems are well known: vertex cover and edge cover [1,19]. A vertex cover of a graph is any subset U of its vertex set N, such that any edge of this graph is incident to at least one vertex of the set U.
Here, the characteristic function is defined using the vertex cover with the minimum number of vertices (the so-called minimum vertex cover of the graph). Given an edge cover, the characteristic function is defined as the maximum number of edges in a graph without shared vertices. This paper deals with cooperative games on graphs in which the characteristic function is defined as the maximum number of independent simple paths of a fixed length. Note that we are interested in the paths without shared vertices.
This feature distinguishes the current statement from the cooperative game in which the characteristic function is defined as the number of all simple paths of a fixed length. The latter definition of a game is often used for determining the centrality of graph vertices.
Here, it will be convenient to use “graph packing” for referring to the coalitions (paths) included in a corresponding coalition partition. The remainder of this paper is organized as follows: In Section 2, we define a cooperative packing game. Section 3 considers the graph packing problem with pairs of connected vertices. In Section 4, these results are extended to the general case. Section 5 presents the explicit-form solution of the cooperative graph packing game for several particular graphs.
Selengkapnya : https://www.mdpi.com/2227-7390/9/14/1683
Polynomial transformations are well-defined mathematical concepts, with the classical (continuous and discrete) orthogonal polynomials standing out as having a common basis and sharing multiple features.
In the digital age, the discrete polynomials are especially popular and those with a finite support (discrete Chebyshev and Krawtchouk) have been used in various signal processing tasks, but dominantly for image processing.
Examples of applications of Krawtchouk polynomials can be found in, e.g., [1–7]. The recurrence relation and difference equation associated with these polynomials seem to constitute a simple recipe for their numerical evaluation. However, the recursive character of these generating schemes makes them vulnerable to error accumulation, which, obviously, becomes increasingly pronounced at higher polynomial degrees and/or larger supports.
For many applications, i.e., cases of small support and or low polynomial degree, this issue is of no consequence, and the attention is more focused on computational simplification rather than accuracy. In this paper, we focus on the fundamental issue of accuracy, not so much on the issue of computational parsimony; in fact, extra computational burden is introduced in order to control the accuracy in the function generation process.
For the normalized discrete Chebyshev polynomials several mitigation schemes have been proposed; the latest one a computation scheme characterized by truncation of the iterations under the control of a user-defined deviation from unit norm [8].
The solutions defined for the discrete Chebyshev polynomials do not carry over since they make use of the (anti-)symmetry of the polynomials with respect to the mid of the domain, i.e., a property that does not generally hold for Krawtchouk polynomials.
Nevertheless, a first mitigation was proposed in [9] building upon the notion that the direction of execution of the relations (i.e., decreasing/increasing index and polynomial degree) should be carefully chosen in order to reduce the error propagation. However, not all symmetries were exploited, nor does the scheme allow direct control over the accuracy like in [8].
selengkapnya : https://www.mdpi.com/2227-7390/9/16/1972
Cabang-cabang Matematika
Matematika adalah bidang studi yang kompleks dan terdiri dari topik yang saling terkait dan konsep yang tumpang tindih. Sebuah analisis ekstensif cabang matematika membantu siswa dalam mengatur konsep mereka dengan jelas dan mengembangkan dasar yang kuat. Menyadari perbedaan dan keunikan masing-masing cabang membantu dalam mempelajari berbagai konsep matematika secara metodis. Menyadari cabang matematika tertentu juga memandu siswa dalam memutuskan cabang yang ingin mereka kejar sebagai karier.
Berikut adalah cabang-cabang utama matematika:
Yayasan
Hitung
Aljabar
Geometri
Trigonometri
Kalkulus
Probabilitas dan Statistik
Teori Bilangan
Topologi
Di bawah ini dijelaskan adalah cabang-cabang penting matematika dengan fitur unik dan konsep yang berbeda. Cabang-cabang ini penting untuk meletakkan dasar yang kuat untuk matematika.
Hitung
“Aritmatika harus ditemukan dalam pengertian yang sama di mana Columbus menemukan Hindia Barat, dan kita tidak lebih menciptakan angka daripada dia menciptakan orang India.”
– Bertrand Russell
Ini adalah salah satu cabang matematika yang paling dasar. Aritmatika berhubungan dengan angka dan aplikasinya dalam banyak cara. Penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian membentuk dasar dasarnya karena digunakan untuk memecahkan sejumlah besar pertanyaan dan berkembang menjadi konsep yang lebih kompleks seperti eksponen, limit, dan banyak jenis perhitungan lainnya. Ini adalah salah satu cabang terpenting karena fundamentalnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai alasan mulai dari perhitungan sederhana hingga perhitungan untung dan rugi.
Soal Kata pada Operasi Aritmatika
Penalaran Aritmatika
Aljabar
"Jumlah aljabar dari semua transformasi yang terjadi dalam proses siklus hanya bisa positif, atau, sebagai kasus ekstrim, sama dengan nol."
– Rudolf Clausius
Bidang matematika yang luas, aljabar berurusan dengan pemecahan ekspresi aljabar umum dan memanipulasinya untuk sampai pada hasil. Kuantitas yang tidak diketahui dilambangkan dengan huruf yang membentuk bagian dari persamaan diselesaikan dan nilai variabel ditentukan. Cabang matematika yang menarik, melibatkan solusi dan rumus rumit untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang diajukan.
Pertanyaan Aljabar
Rumus Aljabar
Geometri
“Deskripsi garis dan lingkaran kanan, yang menjadi dasar geometri, adalah milik mekanika. Geometri tidak mengajarkan kita untuk menggambar garis-garis ini, tetapi mengharuskan mereka untuk digambar.”
-Ishak Newton
Apakah Anda sering bertanya-tanya tentang bentuk dan ukuran berbagai benda? Maka geometri adalah cabang yang harus Anda jelajahi. Berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan volume bangun, geometri adalah cabang praktis matematika yang berfokus pada studi poligon, bentuk, dan objek geometris baik dalam dua dimensi dan tiga dimensi. Kesesuaian objek dipelajari pada saat yang sama dengan fokus pada sifat khusus mereka dan perhitungan luas, volume, dan kelilingnya. Pentingnya geometri terletak pada penggunaan aktualnya saat menciptakan objek dalam kehidupan praktis.
Rumus Geometri Koordinat
Trigonometri
Berasal dari kata Yunani "trigonon" yang berarti segitiga dan "metron" yang berarti "ukuran", trigonometri berfokus pada mempelajari sudut dan sisi segitiga untuk mengukur jarak dan panjang. Di antara cabang matematika terkemuka yang digunakan dalam dunia teknologi dan sains untuk mengembangkan objek, trigonometri adalah studi tentang korelasi antara sudut dan sisi segitiga. Ini semua tentang segitiga yang berbeda dan sifat-sifatnya!
Rumus trigonometri
Kalkulus
"Kalkulus adalah senjata pemikiran yang paling kuat yang pernah dibuat oleh kecerdasan manusia."
– Wallace B. Smith
Ini adalah salah satu cabang matematika yang maju dan mempelajari laju perubahan. Dengan munculnya kalkulus, perubahan revolusioner dibawa dalam studi matematika. Matematika sebelumnya hanya dapat bekerja pada objek statis tetapi dengan kalkulus, prinsip-prinsip matematika mulai diterapkan pada objek yang bergerak. Digunakan dalam banyak bidang, cabang dapat dikategorikan lebih lanjut ke dalam kalkulus diferensial dan integral yang keduanya sangat berbeda satu sama lain. Sebuah cabang dengan pertanyaan yang mematikan pikiran, kalkulus adalah konsep menarik yang diperkenalkan kepada siswa pada tahap selanjutnya dari studi mereka dalam matematika.
Probabilitas dan Statistik
Cabang abstrak matematika, probabilitas dan statistik menggunakan konsep matematika untuk memprediksi peristiwa yang mungkin terjadi dan mengatur, menganalisis, dan menafsirkan kumpulan data. Di antara cabang-cabang matematika yang relatif baru, matematika menjadi sangat diperlukan karena penggunaannya dalam ilmu-ilmu alam dan sosial. Ruang lingkup cabang ini melibatkan mempelajari hukum dan prinsip-prinsip yang mengatur data numerik dan peristiwa acak. Menyajikan studi, statistik, dan probabilitas yang menarik adalah cabang yang penuh kejutan.
Rumus Statistik untuk Ujian Kompetitif
Teori Bilangan
“Matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan, dan teori bilangan adalah ratunya matematika.”
– Carl Friedrich Gauss
Seperti namanya, Teori Bilangan adalah salah satu cabang Matematika tertua yang menetapkan hubungan antara bilangan yang termasuk dalam himpunan bilangan real. Tingkat dasar Teori Bilangan mencakup pengenalan sifat bilangan bulat seperti penambahan, pengurangan, perkalian, modulus dan membangun sistem kompleks seperti kriptografi, teori permainan, dan banyak lagi.
Topologi
“Ide dasar dan fakta paling sederhana dari topologi teori himpunan diperlukan dalam bidang matematika yang paling beragam; konsep ruang topologi dan metrik, kekompakan, sifat fungsi kontinu dan sejenisnya seringkali sangat diperlukan.”
– Pavel Sergeevich Aleksandrov
Topologi adalah tambahan baru-baru ini ke dalam cabang-cabang daftar Matematika. Ini berkaitan dengan deformasi dalam bentuk geometris yang berbeda di bawah peregangan, kusut, puntiran dan perlapisan. Deformasi seperti pemotongan dan robekan tidak termasuk dalam topologi. Penerapannya dapat diamati dalam persamaan diferensial, sistem dinamis, teori simpul, dan permukaan Riemann dalam analisis kompleks.
Cabang Matematika Lanjutan
Ada sejumlah besar cabang lanjutan yang merupakan bagian dari cabang utama yang disebutkan di atas. Cabang-cabang ini dipelajari pada tingkat lanjutan dan melibatkan konsep kompleks yang membutuhkan keterampilan komputasi yang kuat. Cabang-cabang canggih tersebut tercantum di bawah ini.
Berikut adalah 10 cabang matematika:
Aljabar Matriks
Analisis numerik
Operasi pencarian
Bilangan Kompleks
Kalkulus
Teori himpunan
Teori Permainan
Analisis
Geometri Kartesius
Kombinatorik
Matematika Terapan dan Komputasi
Cabang-cabang Matematika Murni
Matematika murni secara sederhana dapat digambarkan sebagai studi konsep matematika yang murni berdasarkan matematika dan tidak bergantung pada konsep apa pun di luar matematika. Berikut adalah daftar cabang Matematika Murni:
Aljabar
Teori Bilangan
Geometri
Hitung
Topologi
Kombinatorik
Analisis Matematika
Cabang Matematika Terapan
Matematika Terapan menggunakan aplikasi dari berbagai disiplin ilmu lain dan menggabungkannya dengan konsep matematika. Ini hanyalah aplikasi gabungan matematika dengan pengetahuan khusus.
Berikut adalah cabang-cabang matematika terapan:
Statistik dan Probabilitas
Teori himpunan
Kalkulus
Trigonometri
Source : https://leverageedu.com/blog/branches-of-mathematics/