Oleh : Tundung Memolo
Sabar di sini dapat diartikan
menahan diri dari keluh kesah. Sabar menghadapi siswa les dapat diartikan sabar
menghadapi gangguang atau sesuatu yang tidak menyenangkan yang kita dapatkan
dari siswa les. Gangguan atau ketidak menyenangkan ini beragam kadarnya dan
bentuknya. Dalam prakteknya ternyata banyak sekali hal – hal yang membutuhkan
kita untuk bersabar.
Berikut ini beberapa contoh
perilaku siswa yang membutuhkan kesabaran, diantaranya :
Kemampuan akademik kurang
Tidak setiap siswa yang kita les
memiliki kemampuan akademik tinggi atau sedang. Justru malah banyak kita
jumpai, siswa les yang memiliki kemampuan akademik rendah.
Ini logis lantaran dipilihnya les
privat karena si anak tidak bisa mengikuti pelajaran yang kelasnya besar. Oleh
karenanya dengan anggapan bahwa si anak akan dapat mengikuti pelajaran dengan
baik bila di les privatkan.
Suatu kenyataan yang saya alami,
saya pernah mendapat siswa A yang lemah sekali dalam perhitungan. Terus datang
lagi mendaftar siswa B, yang ternyata kemampuan di B lebih parah dari si A.
Saya menganggap waktu itu tidak akan ada yang lebih parah dari si B.
Seiring berjalannya waktu, si C
mendaftar les, ternyata kemapuan sangat parah dan lebih parah disbanding dengan
si B. begitu seterusnya, hingga kita akan mendapatkan ujian berupa siswa yang
kemampuannya amat sangat sangat terbatas.
Terbatasnya kemampuan siswa – siswa
tersebut dapat kita ketahui dengan kemampuan menangkap materi pelajaran yang
terbatas. Mudah lupa, malas mengerjakan soal, dan seabrek perkara – perkara
lain yang membuat kita harus berhati luas.
Berhadapan dengan siswa A, B, C, D,
atau E tentunya menjadikan kita lebih sabar. Adanya siswa – siswa tersebut,
menjadikan kita lebih belajar lagi meningkatkan dari sisi metode mengajar les. Mau
tidak mau demikian yang harus kita lakukan.
Kita jangan pernah bermimpi untuk
memberikan siswa les dengan kemampuan sedang atau tinggi, karena umumnya mereka
enggan les privat, seandainya mereka les, mereka akan les di bimbel. Jadi
itulah tantangan manakala kita mendapatkann siswa yang kemampuannya kurang.
Belum siap ketika datang
Si A sudah janjian sebelumnya
dengan kita untuk les jam 16.00, begitu kita sampai di rumahnya si A tidak ada
di rumah. Ibunya meminta kita untuk menunggu. Jadwal les si B jam 16.30, ketika
kita sudah sampai di rumahnya, si B lagi baru saja tidur dan ibunya kesulitan
membangunkan. Begitu sampai di rumah C untuk les, ternyata si C lupa jadwalnya,
dan belum mandi atau makan.
Terpaksa kita menunggu si C untuk
makan atau mandi. Di rumah si D, saat kita datang untuk ngeles, ternyata si D
lagi main layang – layang di lapangan. Orangtuanya sibuk mencari si D, selama
20 menit kita menunggu si D untuk mandi dan siap les.
Ini adalah sekadar cuplikan
ketidaksiapan siswa untuk mengikuti les. Maklum rasanya jika itu terjadi hanya
sesekali, tapi bagaimana jika itu terjadi berulang kali.
Baiklah jika nasehat itu kita
berikan terus kepada masing – masing anak untuk siap les, tapi bagaimana
perasaan Anda tatkala mereka lakukan secara berulang. Jika les Anda hanya 1 jam
15 menit misalnya, kemudian siswa Anda
harus ditunggu untuk siap les selama 30 menit, maka waktu tersisa hanyalah 45
menit.
Pertanyaan yang muncul, apakah Anda
tetap memberikan les hanya waktu 45 menit ataukah tetap 75 menit ?
Jikalau kita tidak sabar menghadapi
siswa dengan kelakuan seperti itu, maka yang terjadi adalah salah satu diantara
kita, pasti akan menghentikan les. Jika les dihentikan berarti kita tidak
sabar, dan ruginya kita akan kehilangan siswa les.
Tidak mengerjakan tugas
Adakalanya kita memberikan tugas/PR
kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mau mengulang materi yang kita berikan
dan mau latihan. Namun sejauh ini, masih terasa sulit bilamana tugas itu
terselesaikan oleh siswa.
Puluhan alasan akan diberikan oleh
siswa les, seperti banyak tugas sekolah, tidak sempat, lupa, dan lain –lain.
Sejatinya mereka malas, lha wong seandainya dia ada tugas dari sekolah, dia
menginginkan kita yang mengerjakan, kok malah kita ngasih tugas …yang benar saja
! Begitulah realitanya.
Yang menjadi persoalan di sini
adalah bukanlah pada siswa les yang sudah kompeten, namun pada siswa yang kita
pandang perlu dan penting untuk diberikan tugas tersebut dari sisi manfaat.
Kadang kita memberikan tugas untuk membaca materi prasyarat.
Terus terang, hati kita akan sedih
manakalah sekali dua kali tiga kali siswa tidak mengerjakan tugas, tapi
tetaplah bersabar.
Oleh karenanya di akhir pertemuan
les, kita tanya untuk buat komitmen bersama, apakah perlu diberikan tugas atau
tidak ? Jika siswa menjawab perlu, kita tanya lagi apakah siap mengerjakan.
Jika siswa sanggup, maka kita berikan, jika tidak maka janganlah kita siapkan.
Terkadang jawaban alasan siswa
tidak mengerjakan les, karena banyak tugas sekolah, hal ini pada sebagian kecil
siswa les betul adanya, tapi umumnya tidak.
Bermain HP saat les
Siswa les yang menggunakan HP saat
les ada beberapa kondisi, diantaranya pengalihan kejenuhan, lagi asyik –
asyiknya sms, menjawab sms, untuk menghitung, dll. Akan tetapi, jadi bermasalah
bila dia keseringan menjawab sms alias asyik sms.
Bila penggunaan HP hanya pengalihan
dari kejenuhan, tidaklah mengapa. Jadi tidak masalah kita membiarkan sesekali
siswa menjawab sms atau menghitung memakai HP, akan lebih baik, sejak awal les
kita sampaikan kepadanya untuk mematikan HP saat les. Ini sangat bermanfaat
buat siswa dalam hal konsentrasi.
Bila kita sendiri harus ber sms
saat les maka sampaikan alasan yang tepat, misalnya Pak Guru saat les ber sms
karena menjawab pertanyaan, atau mengatur jadwal les selanjutnya, dan urusan –
urusan yang lain. Karena terkadang saat les, kita tidak bisa mengerjakan soal
les karena sulit, kita bisa saat itu sms teman untuk membantu menjawab.
Lha yang seperti ini, kita sms
maksudnya, sejak awal kita sampaikan kepada siswa dengan harapan siswa les
jangan ikut – ikutan.
Bila siswa tidak mempedulikan
komitmen awal untuk tidak mengaktifkan HP maka kita bersabar dan terus
menyampaikan ke siswa dengan teguran yang ringan. Karena kalau ini dibiarkan,
les akan terganggu. Jika terganggu akibatnya les kurang bermanfaat.
Bercanda dan mengobrol dengan temannya
Jika les siswa lebih dari 1,
kelemahannya adalah siswa ngobrol pada perkara – perkara yang tidak ada
hubungan dengan les, misalnya ngobrol masalah teman, curhat keluarga, dll. Ini
jelas tidak bermanfaat, kecuali kalau dilakukan di luar les karena
pengefektifan waktu les. Sesekali itu boleh ngobrol, akan tetapi bila
keseringan, tentu berdampak tidak baik.
Kelemahan ngobrol inilah yang
menjadikan banyak siswa yang pindah memilih les privat. Kita bisa melihat siswa
di kelas bimbel, saat KBM berlangsung, siswa terlihat kurang memperhatikan
karena keasyikan ngobrol.
Begitu jatuh nilainya, mereka
beralih ke les privat. Jika di les privat mereka tetap mengobrol akibatnya akan
mencari guru les lain.
Kadang ini menjadi logika terbalik.
Ilustrasinya seperti ini, siswa A tidak mau les di bimbel karena di sana ia
ketemu teman – temannya dan ngobrol akibatnya nilainya jatuh, padahal dia
sendiri yang pengin ngobrol dengan temannya, karena kalau tidak ngobrol, maka
tidak asyik.
Kemudian pindah di les privat agar
tidak ngobrol, begitu di les privat, ia pengin ada temannya, agar ia bisa
melanjutkan obrolannya, dan kenyataannya demikian, ia suka kalau ngobrol.
Meskipun ia memandang untuk mencari les yang tidak ada obrolannya.
Oleh karenanya, jika siswa masih
ngobrol, maka tetap kita tegur dan sabar jika hal itu terulang lagi di kemudian
hari.
Sering ijin tidak les
Beberapa contoh sms yang
menunjukkan ijin tidak les sebagai berikut :
v
“Maaf, Pak. Hari ini lesnya
libur dulu.”
v
“mv ya Pak, saya lagi
banyak tugas jadi les libur.”
v
“pak saya ijin karena di
sini hujan”
v
“pak, saya tidak bisa les
karena baru sakit.”
v
“mf, pak. Saya baru belajar
kelompok di rumah teman, lesnya minggu depan lagi saja.”
v
“mf, pak. Saya lagi ada
luar kota, belum pulang”
v
“mf, pak, saya baru ke
rumah eyang. Ijin dulu”
v
Dan lain – lain
Jika diambil penyebab ketidakhadiran
les sebagai berikut :
v Sakit
v Menyelesaikan tugas
v Belajar kelompok
v
Bepergian
Alasan – alasan di atas dapat
dimaklumi jika kondisinya sesekali. Namun, jika ijinnya keseringan, maka
pertanyaan selanjutnya adalah, ‘Ada Apa’, . Menurut pengamatan saya yang
terbatas, jika siswa ijin les (maksudnya ijin tidak les ) 3 kali berturut –
turut berarti ada kecenderungan untuk pengin pindah les alias tidak betah les
dengan kita.
Salah satu antisipasinya, jika
siswa sudah ijin les kali kedua, maka segera temui siswa les tersebut untuk
konfirmasi, sehingga terdapat kejelasan. Bilamana alasanya tepat, maka tidak
menjadi masalah.
Jika ijin tidak les itu diberikan
via sms/telp pada jam – jam sebelum les, tidaklah mengapa. Minimalnya 1 jam
sebelum les, sehingga jika siswa ijin les pada jam tersebut, dapat kita
tawarkan kepada siswa lain untuk mengganti.
Namun, bila yang terjadi, dia sms
pada waktu 15 menit sebelum jadwal les, maka ini membutuhkan kesabaran kita.
Yang lebih parah, saat kita sudah berjalan dari rumah ke rumahnya selama 30
menit, tiba – tiba pas mau sampai rumahnya, ibunya ijin tidak les. Jika
kondisinya demikian, maka ya kita sabar.
Catatan tidak punya alias sering ganti – ganti buku
Sedih rasanya bila melihat siswa
sering ganti – ganti lembaran catatan atau ganti – ganti buku, seakan – akan
ilmu yang kita sampaikan terbuang begitu saja.
Bila kita ingin membuktikan bahwa
kita sudah menyampaikan materi tersebut dan ingin kita ingatkan kembali, maka
akan sulit mencari file – file tadi. Ya sabar juga jadinya.
Siswa yang sering ganti – ganti
buku catatan, ini menunjukkan siswa les tersebut tidak belajar dari catatan –
catatan les yang kita berikan.
Padahal, menurut kita, catatan itu
penting untuk selalu diingat. Terlebih lagi jika siswa mencampur dengan catatan
pelajaran di sekolah, atau catatan pelajaran mapel lain.
Oleh karenanya di awal les,
hendaknya guru les mengingatkan hal ini. Mengingatkan sejak awal pentingnya
mencatat di buku khusus les. Jika tidak kita sampaikan, maka siswa tidak akan
tahu.
Malas mencatat
Pak Guru sedang mengerjakan soal –
soal yang sulit di papan tulis, di belakang si A hanya menatap tanpa menulis,
begitu di suruh menulis si A hanya menulis sepenggal – penggal. Kalau si B, dia
tidak mencatat dengan alasan sudah paham, padahal belum tentu.
Si C menulis dengan sangat lambat
sedangkan si D menulis yang penting – penting saja. Ketika mengalami kondisi –
kondisi di atas tentu kesabaran kita diuji. Bisa siih kita marah saat itu, tapi
akibat kemarahan itu, siswa akan pergi meninggalkan kita.
Lalu apakah hal di atas kita
biarkan ? Jika kita biarkan, maka jangan bersedih manakala di kemudian hari siswa
tidak bisa mengerjakan soal serupa dengan alasan lupa.
Konsentrasi kurang
Pandangan siswa kelihatan tidak fokus, sering melihat jam, ditanya
tidak segera menjawab, atau diam. Indikasi – indikasi di atas, sebagai
pendekatan untuk mengenal tingkat konsentrasi yang kurang.
Konsentrasi yang kurang saat les
dapat terjadi manakala : siswa lagi menahan sakit, jenuh terhadap materi yang
kita berikan, les terlalu lama, gelisah, lagi banyak kegiatan yang akan
dilakukan, atau ada masalah dengan teman atau keluarga.
Jika permasalahan penyebab kurang
konsentrasi ada pada kita, maka hendaknya kita segera refleksi dengan meminta
masukan siswa. Jika permasalahan terjadi pada siswa, maka pancing siswa untuk
mengemukakan dan kita berikan solusinya.
Akan tetapi jika hal itu sulit
diungkap, maka kita meminta dengan sangat kepada siswa, agar saat les pikiran
harus fokus, dan hal – hal lain agar
ditinggalkan sejenak.
Oleh karenanya guru les harus
cermat, manakala siswa di pertemuan sekarang tidak seperti pada pertemuan yang
telah lalu, gejolak hati siswa tersebut perlu segera dipecahkan.
Terlambat membayar
Tidak selamanya siswa tertib
membayar. Jika les privat hanya 1 siswa maka kecenderungan membayar akan
tertib, akan tetapi jika les lebih 1, maka biasanya akan ada siswa yang
terlambat, alasan pun beragam bisa karena lupa atau pada saat itu orangtua
tidak punya uang.
Antisipasinya adalah jika sudah
lewat 3 kali pertemuan, sebaiknya les siswa ditunda dulu, sampai siswa tersebut
membayar. Hal ini lebih baik, tentu saja kita mengatakan dengan bijak.
Sebenarnya banyak sekali contoh –
contoh yang dapat kita berikan, karena keterbatasan waktu dan tempat, maka kita
cukupkan 10 hal tersebut. Kesepuluh hal tadi, insya Allah, akan kita jumpai
dalam prakteknya, bahkan bisa jadi kesepuluh hal tadi dimiliki oleh 1 siswa.
Kalau terjadi demikian, maka seakan kita mendapat telur busuk.